Rabu, 27 Januari 2016

Penerimaan Santri Baru 2016


Jumat, 18 Desember 2015

LOGO



Rabu, 16 Desember 2015

[ PENYESALAN SEORANG ANAK TERHADAP IBUNYA ]


[ PENYESALAN SEORANG ANAK TERHADAP IBUNYA ]



Pada suatu hari, Seorang Anak berkata pada ibunya : “ Ibu, aku malu sama teman-temanku, mereka memiliki ibu yang sempurna secara fisik dan mereka bangga terhadap ibu mereka, tapi aku bu, mengapa aku memiliki ibu yang buta. Andai saja aku tau, aku dilahirkan oleh seorang ibu yang buta, maka aku lebih memilih untuk tidak dilahirkan”

Mendengar kata-kata yang keluar dari mulut anaknya, sang ibu berkata : “Nak, ibu memang buta, tetapi walaupun kamu malu dengan keadaan fisik yang ibu miliki, ibu tetap sayang padamu nak.."
Anak menjawab : “ Bu, semua teman-temanku selalu menghinaku, bahkan tidak ada satu perempuan pun yang suka padaku karena melihat fisik ibu yang tidak sempurna. Mereka takut jika kelak menikah denganku anak kami juga akan cacat, buta seperti ibu ”.


Mendengar perkataan anaknya, Sang ibu begitu terpukul dan menangis, namun demikian Sang Ibu tetap sayang pada anaknya. tak henti-hentinya ibu itu berdo’a untuk anaknya.

Detik berganti menit, menit berganti jam, jam berganti hari, akhirnya Si Anak menyelesaikan pendidikan S1 di Fakultas Teknik. Betapa bangganya hati Sang ibu mendengar anaknya akan diwisuda dan menjadi seorang Insinyur, tak sia-sia pengorbanannya selama ini dengan berjualan di pasar untuk menyekolahkan Si Anak, tak kenal lelah Sang ibu bekerja walaupun dalam keadaan matanya yang buta.

Sampailah saat yang ditunggu-tunggu, saat Anaknya dan yang lainnya akan diwisuda. Teman-teman berserta orang tuanya dan keluarga berkumpul menantikan acara dimulai, tetapi Sang ibu sama sekali tidak diajak Anaknya untuk menghadiri wisuda tersebut.

Akhirnya Sang ibu datang sendiri keacara tersebut, sesampainya ditempat Anaknya akan diwisuda, betapa bahagianya hati sang ibu mendengar nama anaknya dipanggil kedepan dengan nilai terbaik.

Namun si Anak sangat malu terhadap teman-teman dan kekasihnya ketika mengetahui ibunya juga hadir di acara wisuda itu, acara yang seharusnya menurut si Anak membuatnya bahagia.

Pada saat itu, sang ibu mendekati Si anak sambil meraba-raba wajah anaknya, lalu kekasih Si anak bertanya pada: “ Siapa perempuan buta itu ?" si Anak tidak menjawab dan hanya diam membisu. Akhirnya sang ibu berkata bahwa dia adalah ibunya.

mendengar ibunya berkata demikian, Si Anak akhirnya pulang sebelum acara selesai dan meninggalkan ibunya sendirian. Setelah acara selesai akhirnya sang ibu juga pulang kerumah tanpa anaknya.

Namun siapa yang tau kapan ajal akan tiba, ketika hendak menyebrang jalan sang ibu meninggal dunia. Betapa terkejutnya sh Anak ketika pihak rumah sakit mengabarkan bahwa beberapa menit yang lalu ibunya telah meninggal akibat kecelakaan. Dan petugas kepolisian memberikan tas yang dibawa ibunya pada saat menghadiri wisuda, si Anak hanya diam duduk menunggu ibunya yang masih dibersihkan dari sisa-sisa darah yang masih menempel di tubunya.

Pada saat menunggu jenazah ibunya, si Anak membuka tas kesayangan ibunya yang lusuh dan kumal itu. Disana terdapat foto Sang ibu ketika mengandungnya, dan betapa terkejutnya Si Anak ketika membaca sepucuk surat yang begitu lusuh yang terdapat didalam tas ibunya. Si Anak membaca surat tersebut, dan didalam surat itu tertulis : “ Banjarmasin, 12 Oktober 1984, Anakku yang sangat kucintai, bayi mungilku yang sangat kusayangi, betapa kau sangat berharga dihati ibu nak. Walaupun kau buta dari lahir tetapi ibu sangat menyayangimu, kaulah anugrah terindah yang ibu miliki. Nak, ini adalah surat terakhir yang ibu tulis, karena besok ibu sudah tidak bisa lagi menuliskan kata-kata diatas kertas. Karena besok ibu akan mendonorkan kedua mata ibu untukmu nak, agar kelak kau dapat melihat dan menikmati indahnya dunia, anugrah yang diberikan Tuhan. Nak suatu saat jika ibu sudah tiada dan kau ingin melihat ibu, berkacalah nak, karena dimatamu ada ibu yang selalu menemanimu ”.

Airmata Si Anak pun mengalir deras, ia menyesal karena sudah terlambat bagi dirinya untuk membahagiakan ibunya. Si Anak teringat dengan semua perbuatan yang ia lakukan terhadap ibunya, dia hanya duduk terdiam tersimpuh di depan kaki ibunya yang telah terbujur kaku. Semua telah terjadi dan kini ibunya telah pergi untuk selama-lamanya.

“dalam hal ini mengajarkan betapa besar kasih sayang seorang ibu terhadap anaknya, tanpa mengharapkan balasan. Ibu selalu dengan ikhlas memberikan apapun yang dimilikinya termasuk jiwanya sendiri “

Buat Teman-teman yang sudah membaca cerita ini, Bahagiakanlah ibu mu selagi dia masih Hidup meskipun ada kekurangan dalam Hidupnya , jangan biar kan Ibu mu meneteskan air Mata karna Ulah mu

Akhlak Santri Terhadap Kyai, Kitab Dan Teman-Temannya


Akhlak Santri Terhadap Kyai, Kitab Dan Teman-Temannya

A.    Sikap Santri Terhadap Masyayikh
Adab ketika sowan kepada masyayikh:
1.      santri hendaknya memilih waktu yang tepat sekiranya beliau tidak mempunyai kesibukan.
2.      jangan sampai mengetuk pintu rumah, tetapi besabarlah menunggu sampai kyai keluar dari dalem (rumah).
3.      ketika sudah berhadapan denga kyai sebaiknya santri berdiri agak menunduk dan kedua tangan dilepaskan serta tidak diliipat  didepan atau dibelakang bagian bawah perut.
4.      santri hendaknya mengucapkan salam terlebih dahulu serta mushofahah (bersalaman sambil mencium tangan kyai).
5.      Santri sebaiknya tidak memandang wajah guru atau kyai tapi cukup dengan memandang dadanya.
6.      Apabila beliau menghendaki santri agar masuk kerumah maka masuk dan duduklah dengan sopan (duduk tawarruk atau bersila)
7.      Baru kemudian santri mengutarakan maksud dan tujuanya.
8.      Apa yang didawuhkan kyai hendaknya didengarkan dan diperhatikan dengan seksama. Serta dipatuhi.
9.      Jangan mengajukan pertanyaan yang membosankan dan berbeli belit,
10.  Menggunakan bahasa yang baik dan sopan santun.
11.   Apabila dirasa sudah cukup maka segeralah mohon pamit dan jangan lupa berpamitan serta musahafah sambil mencium tangan kyai.
Adab ketika mengaji :
1.      Datang kepengajian sesaat sebelum pengajian dimulai.
2.      Duduk dengan sopan (duduk tawarruk/ tahiyyat akhir atau bersila)
3.      Mendengarkan dengan seksama apa yang diterangkan oleh kyai dan tidak dibenarkan bergurau serta berbicara sendiri.
4.      Tidak memotong perkataan kyai ketika kyai sedang menerangkan.
5.      Tidak diperbolehkan menduduki tempat duduknya kyai
Adab ketika berpapasan dengan kiyai/guru :
1.      Jika berpapasan ditengah jalan maka sebaiknya santri turun dari kendaraan jika sedang berkendaraan jika tidak memungkinkan turun minimal harus memperlambat laju kendaraan dan jangan lupa mengucapkan salam.
2.      Jika berpapasan ketika berjalan maka sebaiknya santri berhenti sejenak dengan rasa hormat dan tidak memalingkan tubuh atau wajah.
3.      Ketika berjumpa disuatu tempat maka melihat situasinya, apabila situasinya mendukung dan pantas untuk berdiri maka sebaiknya berdiri namun apabila tidak maka sebaiknya tetap pada posisi semula asalkan sopan. Jadi penghormatan kepada kyai adalah tidak harus dengan berdiri.
4.      Selain itu sebaiknya santri tidak melewati halaman depan rumah kyai kecuali berkepentingan. Berdasarkan maqolah “kemulyaan suatu tempat itu disebabkan kemulyaan pemiliknya/ penghuninya”.
B.     Sikap santri terhadap kitab.
Menghormati kitab adalah sebagian dari pada menghormati ilmu.
Adapun adab santri terhadap kitab diantaranya:
1.      Hendaknya memegang kitab dengan bersuci/ berwudlu terlebih dahulu.
2.      Tidak memanjangkan kaki kearah kitab
3.      Menaruh kitab tafsir diatas kitab lainnya
4.      Tidak menaruh sesuatu seperti pena, penggaris atau penghapus diatas kitab
5.      Membawa kitab dengan diangkat (sejajar dengan dada)
6.      Tidak mencorat coret kitab serta Memperindah tulisan dalam kitab dan tidak menulis dengan tinta merah.
C.    Sikap santri terhadap teman
Menghormati teman adalah sebagian dari pada menghormati ilmu. Sebab teman tak ubahnya adalah mitra berdialog dan berdiskusi dalam mengkaji ilmu.
Adapun adab santri terhadap temannya diantaranya:
1.      Antara teman harus ada interaksi yang baik dan akrab serta ada keterbukaan.
2.      Santri junior (muda) harus menghormati santri senior (tua) khususnya pengurus
3.      Santri senior harus membimbing santri junior
4.      Santri senior jika memanggil santri junior harus diembel-embeli dengan sebutan dik atau sejenisnya
5.      Santri junior jika memanggil santri seniorpun harus diembel-embeli dengan sebutan kak atau sejenisnya

sejarah berdirinya NU


sejarah berdirinya NU



Nahdatul Ulama disingkat NU, yang merupakan suatu jam’iyah Diniyah Islamiyah yang berarti Organisasi Keagamaan Islam. Didirikan di Surabaya pada tanggal 31 Januari 1926 M/16 Rajab 1344 H. Organisasi ini merupakan salah satu organisasi terbesar di Indonesia dewasa ini. NU mempersatukan solidaritas ulama tradisional dan para pengikut mereka yang berfaham salah satu dari empat mazhab Fikih Islam Sunni terutama Mazhab Syafi’i. Basis sosial Nu dahulu dan kini terutama masih berada di pesantren.
Sebagai latar belakang terbentuknya organisasi NU ini adalah: gerakan pembaruan di Mesir dan sebagian Timur Tengah lainnya dengan munculnya gagasan Pan-Islamisme yang dipelopori Jamaluddin al-Afghani untuk mempersatukan seluruh dunia Islam. Sementara di Turki bangkit gerakan nasionalisme yang kemudian meruntuhkan Khalifah Usmaniyah.

Latar Belakang dan Sejarah Berdirinya Nahdhatul Ulama (NU)

Jika di Mesir dan Turki gerakan pembaruan muncul akibat kesadaran politik atas ketertinggalan mereka dari Barat, di Arab Saudi tampil gerakan Wahabi yang bergulat dengan persoalan internal umat Islam sendiri, yaitu reformasi faham tauhid dan konservasi dalam bidang hukum yang menurut mereka telah dirusak oleh khurafat dan kemusyrikan yang melanda umat Islam.
Sementara di Indonesia tumbuh organisasi sosial kebangsaan dan keagamaan yang bertujuan untuk memajukan kehidupan umat, seperti Budi Utomo (20 Mei 1908), Syarekat Islam (11 November 1912), dan kemudian disusul Muhammadiyah (18 Nopember 1912).
Hal-hal tersebut telah membangkitkan semangat beberapa pemuda Islam Indonesia untuk membentuk organisasi pendidikan dan dakwah, seperti Nahdatul  Wathan (Kebangkitan tanah air), dan Taswirul Afkar (potret pemikiran). Kedua organisasi dirintis bersama oleh Abdul Wahab Hasbullah dan Mas Mansur organisasi inilah yang menjadi cikal bakal lahirnya NU.
Pada saat yang sama, tantangan pembaruan yang dibawah oleh Muhammad Abduh di Mesir mempengaruhi ulama Indonesia dalam bentuk Muhammadiyah, yakni organisasi Islam terbesar kedua pada abad ke-20 di Indonesia. Penghapusan kekhalifahan di Turki dan kejatuhan Hijaz ke tangan Ibn Sa’ud yang menganut Wahabiyah pada tahun 1924 memicu konflik terbuka dalam masyarakat Muslim Indonesia. Perubahan-perubahan ini mengganggu sebagian besar ulama Jawa, termasuk Hasbullah. Dia dan ulama sefaham menyadari serta melakukan usaha-usaha untuk melawan ancaman bid’ah tersebut serta merupakan kebutuhan yang mendesak. Hasyim As’ari (1871-1947) Kiai dari pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, yang merupakan ulama Jawa paling disegani-menyetujui permintaan mereka untuk membentuk NU pada tahun 1926 dan dia menjadi ketua pertamanya atau ro’is akbar.
Khittah NU 1926 menyatakan tujuan NU sebagai berikut:
  1. Meningkatkan hubungan antar ulama dari berbagai mazhab sunni
  2. Meneliti kitab-kitab pesantren untuk menentukan kesesuaian dengan ajaranahlusunnah wal-jama’ah
  3. Meneliti kitab-kitab di pesantren untuk menentukan kesesuaiannya dengan ajaranahlusunnah wal-jama’ah
  4. Mendakwahkan Islam berdasarkan ajaran empat mazhab
  5. Mendirikan Madrasah, mengurus masjid, tempat-tempat ibadah, dan pondok pesantren, mengurus yatim piatu dan fakir miskin
  6. Dan membentuk organisasi untuk memajukan pertanian, perdagangan, dan industri yang halal menurut hukum Islam
Dari keenam usaha tersebut, hanya satu butir saja yaitu usaha pertanian, perdagangan dan industri yang tidak berhubungan langsung dengan kehidupan kaum ulama secara khusus.
Hasil Muktamar XXVII NU di Situbondo pada tahun 1984, melalui sebuah keputusan yang disebut “Khittah Nahdatul Ulama”, menegaskan kembali usaha-usaha tersebut dalam empat butir. Pertama, peningkatan silaturrahmi antar ulama. Kedua, peningkatan kegiatan di bidang keilmuan/pengkajian/pendidikan. Ketiga, peningkatan penyiaran Islam, pembangunan sarana-sarana peribadatan dan pelayanan sosial. Keempat, peningkatan taraf dan kualitas hidup masyarakat melalui kegiatan yang terarah, mendirikan badan-badan untuk memajukan urusan-urusan pertanian, perniagaan dan perusahaan yang tidak dilarang oleh syara’.
Dengan demikian pengaruh ulama sangat besar dalam NU, dan telah mendapat konfirmasi dari Khittah NU. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya NU adalah Jam’iyyah Diniyyahyang membawakan faham keagamaan, sehingga yang menjadi mata rantai pembawa faham Islam Ahlussunnah wal-jama’ah, selalu ditempatkan sebagai pengelola, pengendali, pengawas dan pembimbing utama jalannya organisasi.
Selanjutnya akan dijelaskan sekilas tentang lambang NU, lambang NU ini dibuat pada tahun 1927. Mempunyai lambang sebuah bintang besar di atas bumi menyimbolkan Nabi Muhammad, empat bintang kecil, masing-masing dua disebelah kanan dan kiri bintang besar, melambangkan empat khulafa’al-Rasyidin; dan empat bintang kecil di bawah melambangkan empat Imam Mazhab sunni; kesembilan bintang tadi secara bersama-sama juga bermakna sembailan wali (Wali Songo) yang pertama kali menyebarkan agama Islam di jawa. Bola dunia yang berwarna hijau melambangkan asal-usul kemanusiaan, yaitu bumi, yang kepadanya manusia akan kembali dan dirinya manusia akan kembali dan manusia akan dibangkitkan pada hari pembalasan. Tali kekemasan yang melingkari bumi dengan 99 ikatan melambangkan 99 nama-nama indah Tuhan, yang dengannya seluruh muslim di dunia disatukan.

Akta Pendirian


Akta Pendirian Ponpes Hidayatul Muzakki Alqodiri